
Gema kemenangan gegap gempita di Barclays Arena saat Team Falcons dinobatkan sebagai juara dunia Dota 2 di The International 2025. Dalam seri Grand Final yang akan dikenang sepanjang masa, skuad Eropa Barat ini berhasil menumbangkan raksasa Tiongkok, Xtreme Gaming, dengan skor tipis 3-2 pada Minggu, 14 September 2025. Kemenangan ini tidak hanya mengukuhkan posisi Team Falcons di puncak skena kompetitif Dota 2, tetapi juga menjadi momen penebusan dan penorehan sejarah bagi para pemainnya.
Perjalanan Team Falcons menuju Aegis of Champions tidaklah mulus. Memasuki turnamen sebagai salah satu tim yang diundang langsung, mereka menunjukkan performa yang solid namun tidak dominan di fase grup, yang untuk pertama kalinya menggunakan format Swiss-system. Namun, saat memasuki babak playoff utama, skuad yang digawangi oleh Oliver “skiter” Lepko, Stanislav “Malr1ne” Potorak, Ammar “ATF” Al-Assaf, Andreas “Cr1t-” Nielsen, dan Jingjun “Sneyking” Wu ini menunjukkan tajinya.
Mereka melaju mulus di Upper Bracket, menyingkirkan Team Tidebound dengan skor 2-0, memenangkan pertarungan sengit melawan BB Team 2-1, dan mengamankan posisi di Grand Final setelah menaklukkan Paravision 2-1. Momentum dan kepercayaan diri yang mereka bangun di jalur atas menjadi fondasi krusial dalam menghadapi Xtreme Gaming yang bangkit dari Lower Bracket.
Laga Puncak Lima Game yang Menguras Emosi
Grand Final The International 2025 menyajikan pertarungan strategi, ketahanan mental, dan eksekusi tingkat tertinggi. Xtreme Gaming, yang dimotori oleh carry legendaris Wang “Ame” Chunyu, berhasil merebut game pertama. Namun, Team Falcons dengan cepat membalas di game kedua, menunjukkan kemampuan adaptasi dan kedalaman hero pool mereka.
Xtreme Gaming kembali unggul 2-1 di game ketiga, menempatkan Team Falcons di ujung tanduk. Dunia seakan menahan napas di game keempat, di mana satu kesalahan bisa berarti akhir dari mimpi mereka. Dalam situasi kritis inilah, ATF, offlaner Team Falcons yang terkenal dengan gaya bermainnya yang agresif, membuat pilihan hero yang mengejutkan: Ursa. Keputusan berani ini terbayar lunas. Dominasi ATF dengan Ursa di offlane berhasil menghancurkan strategi Xtreme Gaming dan memaksa seri berlanjut ke game kelima yang menentukan.
Di game pamungkas, ketegangan mencapai puncaknya. Team Falcons mengamankan draft yang solid dengan Medusa untuk “skiter” sebagai ujung tombak. Pertandingan berjalan alot, kedua tim saling bertukar pukulan dan menunjukkan pertahanan yang kokoh. Namun, dengan eksekusi team fight yang nyaris sempurna dan pengambilan keputusan makro yang disiplin, Team Falcons berhasil mengikis pertahanan Xtreme Gaming. Pada menit ke-58 yang penuh drama, setelah sebuah pertempuran krusial, Team Falcons meruntuhkan Ancient lawan, memastikan kemenangan mereka dan mengangkat Aegis of Champions yang didambakan.
Penebusan Cr1t- dan Sejarah Baru Aui_2000
Kemenangan ini memiliki makna yang mendalam bagi setiap anggota Team Falcons. Bagi Andreas “Cr1t-” Nielsen, ini adalah puncak dari penantian panjang. Setelah sembilan kali berpartisipasi di The International tanpa pernah sekalipun mengangkat trofi, pemain support veteran asal Denmark ini akhirnya berhasil mewujudkan impiannya. Momen saat Cr1t- mengangkat Aegis menjadi salah satu sorotan utama yang emosional malam itu.
“Saya sangat bahagia bisa menjadi bagian dari skuad yang membantu Cr1t- memenangkan TI setelah bertahun-tahun mencoba,” ujar “skiter” dalam wawancara pasca-kemenangan.
Bagi sang pelatih, Kurtis “Aui_2000” Ling, kemenangan ini menorehkan sejarah baru. Ia menjadi orang pertama dalam sejarah Dota 2 yang berhasil memenangkan The International sebagai pemain (bersama Evil Geniuses di TI5) dan kini dua kali sebagai pelatih (sebelumnya bersama Tundra Esports di TI11). Prestasi ini mengukuhkan statusnya sebagai salah satu pemikir strategis terbaik di dunia.
Di sisi lain, kekalahan ini menjadi pil pahit ketiga bagi “Ame”, yang kembali harus puas di posisi runner-up Grand Final The International untuk ketiga kalinya. Kutukan “raja tanpa mahkota” pun seolah masih melekat pada salah satu carry terbaik dunia tersebut.
Era Baru Team Falcons
Dengan total hadiah lebih dari $1,15 juta dari total kumpulan hadiah $2,68 juta, Team Falcons tidak hanya membawa pulang uang, tetapi juga kehormatan tertinggi di dunia esports. Kemenangan mereka di The International 2025 menjadi penutup musim yang gemilang dan menandai dimulainya era baru bagi organisasi ini.
Kombinasi dari pengalaman para veteran seperti “Sneyking” dan “Cr1t-“, ketajaman “skiter”, serta bakat muda yang eksplosif dari “Malr1ne” dan “ATF” terbukti menjadi formula juara. Dunia Dota 2 kini menyambut sang raja baru, Team Falcons, yang telah membuktikan bahwa dengan ketekunan, strategi brilian, dan keberanian untuk tampil beda, mimpi untuk menaklukkan puncak dunia dapat menjadi kenyataan.