
PSG's head coach Luis Enrique celebrates with the trophy after the Champions League final soccer match between Paris Saint-Germain and Inter Milan at the Allianz Arena in Munich, Germany, Saturday, May 31, 2025. (AP Photo/Matthias Schrader)
Usai mengantar Paris Saint-Germain (PSG) menjadi juara Liga Champions 2024/2025, Luis Enrique melakukan kilas balik. Ia melihat sepak terjang timnya sejak pertandingan pertama dan tim-tim yang sesungguhnya telah menyulitkan mereka.
Enrique tidak menyebut Inter Milan, tim yang dicukur 5-0 di partai final. Begitu juga bukan Arsenal yang mencatatkan kemenangan fenomenal 5-1 atas Real Madrid sebelum dipecundangi PSG di semifinal.
Pelatih asal Spanyol itu justru terkenang dengan cara bermain Liverpool dan Aston Villa. Dua tim ini disebut mampu menyulitkan mereka..
“Ada beberapa pertandingan musim ini yang menguji kami. Liverpool, misalnya, membuat segalanya sangat sulit, terutama dalam transisi,” bebernya.
Sementara itu, ia memuji Aston Villa sebagai tim yang sangat terorganisir sehingga membuat mereka harus sabar dan menemukan cara terbaik untuk menaklukkannya.
“Aston Villa juga merupakan salah satu tim yang paling terorganisir yang kami hadapi.”
Terlepas dari tingkat kesulitan menghadapi tim-tim peserta kali ini, mantan pelatih Barcelona dan timnas Spanyol itu menyebut bahwa kunci keberhasilan menjadi kampiun Eropa terletak pada kerja keras semua pihak.
Ia selalu menekankan kepada para pemain untuk memupuk mentalitas juara dengan Liga Champions menjadi target utama.
“Saya selalu bilang, tujuan kami adalah memenangkan trofi besar. PSG belum pernah juara Liga Champions, dan sekarang kami berhasil mewujudkannya. Ini kebahagiaan bagi banyak orang.”
Musim ini, PSG memang tampil luar biasa. Les Parisien tidak hanya menguasai Eropa, tetapi juga kompetisi domestik. Empat gelar keseluruhan menjadi bukti betapa musim ini menjadi musim paling gemilang bagi sejarah klub ibu kota Prancis itu.
Di sisi lain, kubu Inter Milan melalui sang pelatih, Simone Inzaghi angkat topi dengan penampilan PSG. Meski kecewa ia tetap harus mengakui performa luar biasa yang ditunjukkan PSG yang membuat mereka seperti tidak berkutik.
“Tim ini tidak terlihat seperti Inter saya. Kami yang pertama mengakui itu, tapi tidak ada yang mengurangi kebanggaan saya pada perjalanan para pemain. Kami menghadapi tim yang pantas menang dan mungkin lebih baik dari kami,” aku Inzaghi.
Pelatih asal Italia itu menyebut timnya tidak bermain sesuai harapan sepanjang pertandingan. Awal yang buruk ditambah dengan pertahanan yang terbuka membuat mereka harus menelan pil pahit.
“Kami memulai pertandingan dengan buruk, kebobolan lebih dulu, lalu pertahanan terbuka lebar. Kekalahan ini pahit, tapi tidak menghapus pencapaian kami sampai ke final,” tegas Inzaghi.