Sebuah langkah mengejutkan dari organisasi ‘Blue Wall’ yang memicu perdebatan tentang strategi, fokus, dan masa depan ekosistem Tier 2 VALORANT.

Sebuah pengumuman mengejutkan datang dari salah satu organisasi esports terbesar di Eropa, Karmine Corp. Pada hari Kamis (13/11), melalui siaran langsung di Twitch oleh CEO karismatiknya, Kamel “Kameto” Kebir, yang kemudian dikonfirmasi melalui media sosial resmi, organisasi yang berbasis di Paris ini mengumumkan keputusan drastis: mereka akan membubarkan tim akademi VALORANT mereka, Karmine Corp Blue Stars (KCBS), dan sebagai konsekuensinya, menarik diri sepenuhnya dari liga VALORANT Challengers France (VCL France) untuk musim 2026.
Berita ini datang seperti sambaran petir di tengah komunitas esports Prancis, terutama bagi para penggemar “Blue Wall” yang terkenal sangat loyal. Keputusan ini tidak hanya mengakhiri sebuah proyek pengembangan talenta yang baru berjalan satu tahun, tetapi juga meninggalkan kekosongan besar dalam lanskap kompetitif VALORANT di Prancis.
Langkah ini, yang disebut sebagai bagian dari restrukturisasi strategis yang lebih luas, telah mengirimkan gelombang kejut, mempertanyakan kesehatan ekosistem Tier 2 dan keberlanjutan tim akademi di bawah model VCT (VALORANT Champions Tour) saat ini.
Pengumuman yang Mengejutkan: “Kami Akan Melakukan Lebih Sedikit”
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Kameto. Dalam pernyataannya, ia menjelaskan bahwa ini adalah keputusan strategis untuk memfokuskan kembali sumber daya organisasi.
“Seperti yang diumumkan oleh Kamel secara langsung, kami tidak akan memiliki akademi VALORANT pada tahun 2026 dan oleh karena itu kami meninggalkan VALORANT Challengers France,” demikian bunyi pernyataan resmi di akun X (sebelumnya Twitter) Karmine Corp. “Terima kasih kepada para pemain serta staf pelatih untuk musim yang hebat ini, kami mendoakan kesuksesan dalam upaya kalian di masa depan.”
Alasan di balik keputusan ini, seperti yang diuraikan oleh Kameto, adalah keinginan untuk “melakukan lebih sedikit, memiliki lebih sedikit tim, lebih sedikit pemain,” agar dapat lebih fokus pada tim-tim utama mereka. Ini bukan satu-satunya pemotongan. Pengumuman ini datang bersamaan dengan berita bahwa KCorp juga menghentikan operasinya di kancah Street Fighter dan menunda acara andalan mereka, KCX5, hingga tahun 2026.
Ini menandakan pergeseran filosofis bagi KCorp. Dari yang awalnya berekspansi cepat ke berbagai judul game, kini mereka tampaknya melakukan konsolidasi besar-besaran, kemungkinan besar untuk menggandakan taruhan mereka pada aset utama: tim League of Legends (LEC) dan tim utama VALORANT (VCT EMEA).
Paradoks Performa: Tim Sukses yang Dikorbankan
Yang membuat keputusan ini semakin sulit diterima oleh para penggemar adalah fakta bahwa tim akademi KCBS bukanlah tim yang gagal. Sebaliknya, musim 2025 mereka bisa dibilang sukses besar.
Dibentuk pada awal tahun 2025, roster yang terdiri dari talenta-talenta muda seperti Manuel “Ease” López, Roman “f4ngeer” Smirnov, Ethan “Sevire” Starke, David “soren” Soth, dan Baptiste “Yohpa” Khoury, dengan cepat memantapkan diri sebagai salah di VCL France.
Meskipun sebagai tim akademi dari tim VCT, mereka tidak memenuhi syarat untuk promosi ke Ascension, KCBS bermain dengan determinasi tinggi. Mereka berhasil mencapai semi-final di VCL France Stage 1 dan melaju lebih jauh ke babak grand final di Stage 2. Performa impresif ini memberi mereka tempat di VALORANT Challengers EMEA: Stage 2, membuktikan bahwa mereka mampu bersaing tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga di panggung Eropa yang lebih luas.
Proyek akademi ini tampaknya berfungsi sebagaimana mestinya: mengasah bakat. Bukti terkuatnya adalah Roman “f4ngeer” Smirnov, yang menurut berbagai laporan, telah diamankan oleh tim VCT China, All Gamers, untuk musim 2026. Ini adalah validasi sempurna dari sistem akademi—mengembangkan pemain ke tingkat di mana mereka siap untuk panggung Tier 1.
Namun, ironisnya, kesuksesan inilah yang tampaknya tidak cukup untuk menyelamatkan eksistensi mereka. Pembubaran ini membuat sisa pemain dan staf pelatih, termasuk pelatih “pakko”, kini berstatus free agent dan harus mencari rumah baru di tengah off-season yang sudah kompetitif.
Reaksi dari Dalam: Kekecewaan dan Masa Depan yang Tak Pasti
Bagi para pemain muda yang telah mendedikasikan satu tahun untuk proyek ini, berita tersebut jelas merupakan pukulan telak. Baptiste “Yohpa” Khoury, salah satu pemain di roster tersebut, mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka di media sosial.
“Saya benar-benar ingin melanjutkan petualangan bersama KC pada tahun 2026, tetapi sayangnya, itu tidak mungkin,” tulis Yohpa. “Ini jelas sebuah kekecewaan, karena saya ingin mewakili warna-warna ini lagi dan mendorong proyek ini lebih jauh, tetapi saya pergi dengan kepala tegak dan penuh rasa terima kasih atas semua yang telah diberikan oleh pengalaman ini.”
Pesan Yohpa mencerminkan sentimen campur aduk yang dirasakan oleh komunitas: kesedihan atas berakhirnya proyek, kebingungan atas alasannya, namun juga kebanggaan atas apa yang telah dicapai tim dalam waktu singkat.
Reaksi dari “Blue Wall” pun beragam. Banyak yang menyuarakan dukungan mereka kepada para pemain yang dilepas, sementara yang lain mempertanyakan keputusan manajemen. Debat pun pecah: Apakah ini langkah bisnis yang cerdas untuk memastikan tim VCT utama KCorp akhirnya bisa bersaing secara internasional, ataukah ini sebuah pengkhianatan terhadap pengembangan talenta lokal dan ekosistem Prancis?
Konteks yang Lebih Luas: Konsolidasi Demi Tahta VCT
Untuk memahami keputusan ini, orang harus melihat gambaran yang lebih besar dari operasi VALORANT Karmine Corp. Tim VCT utama mereka, yang berlaga di liga mitra EMEA, memiliki tahun 2024 yang penuh gejolak. Mereka mengejutkan semua orang dengan memenangkan VCT EMEA Kick-Off, tetapi kemudian gagal total untuk lolos ke acara internasional Masters Shanghai dan VALORANT Champions.
Menjelang musim 2026, KCorp jelas sedang dalam mode pembangunan ulang besar-besaran untuk tim utamanya. Mereka baru-baru ini melepas Artur “pyrolll” Minin dan dilaporkan telah mengontrak nama-nama besar seperti IGL (In-Game Leader) legendaris, Matias “Saadhak” Delipetro.
Dalam konteks ini, pembubaran tim akademi dapat dilihat sebagai pengorbanan finansial dan sumber daya. Menjalankan tim akademi membutuhkan biaya—gaji pemain, staf, biaya operasional—dan dalam model VCT saat ini di mana tim akademi tidak dapat dipromosikan ke liga yang sama dengan tim utama mereka, beberapa organisasi mungkin melihatnya sebagai kemewahan yang mahal daripada kebutuhan.
KCorp tampaknya telah memutuskan bahwa setiap Euro dan setiap jam staf lebih baik diinvestasikan untuk memastikan roster VCT utama mereka yang bertabur bintang memiliki semua yang mereka butuhkan untuk menaklukkan EMEA dan dunia, daripada membagi fokus mereka dengan tim Tier 2.
Dampak pada Ekosistem VCL France
Keluarnya Karmine Corp dari VCL France meninggalkan lubang menganga. KCorp adalah organisasi dengan daya tarik massa terbesar di liga tersebut. Pertandingan mereka, bahkan di tingkat akademi, menarik jumlah penonton yang signifikan, didorong oleh basis penggemar “Blue Wall” yang fanatik.
Kepergian mereka adalah kerugian besar bagi VCL France dalam hal viewership dan prestise. Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kesehatan jangka panjang dari liga-liga Challengers. Jika organisasi mitra VCT terbesar sekalipun—dengan basis penggemar terbesar—tidak melihat nilai dalam mempertahankan tim akademi di liga nasional, apa pesannya untuk organisasi lain?
Riot Games telah merancang ekosistem Tier 2 (Challengers) dan Tier 1 (VCT) untuk hidup berdampingan, tetapi kasus KCorp menyoroti adanya gesekan. Tanpa jalur promosi langsung yang jelas bagi tim akademi (bukan pemain individu), insentif finansial bagi organisasi mitra untuk berinvestasi di Challengers mungkin berkurang.
Saat musim 2026 mendekat, semua mata akan tertuju pada dua hal. Pertama, ke mana para talenta yang dilepas dari KCBS akan berlabuh. Dan kedua, apakah pertaruhan besar Karmine Corp—mengkonsolidasikan kekuatan mereka dan mengorbankan tim akademi mereka—pada akhirnya akan terbayar dengan trofi internasional yang sangat mereka dambakan. Untuk saat ini, satu-satunya kepastian adalah bahwa panggung VALORANT Prancis telah kehilangan salah satu pilar utamanya.
