Atlanta, 4 November 2025 — Akhir pekan kemarin, panggung utama DreamHack Atlanta 2025 menjadi saksi bisu dari salah satu momen paling signifikan dalam sejarah singkat kancah esports Fighting Game Community (FGC). Dalam turnamen besar pertama untuk game fighting terbaru dari Riot Games, 2XKO, seorang veteran telah kembali menegaskan dominasinya. William ‘Leffen‘ Hjelte, sang “God Slayer” dari kancah Super Smash Bros. Melee, secara resmi telah “bangkit” dan menaklukkan takhta 2XKO dengan mengalahkan salah satu ikon FGC terbesar, Dominique ‘SonicFox’ McLean, dalam seri Grand Final yang mendebarkan dengan skor akhir 3-2.

Kemenangan ini bukan sekadar tambahan trofi di lemari Leffen. Ini adalah sebuah pernyataan—sebuah deklarasi bahwa api kompetitifnya yang legendaris telah menemukan rumah baru. Di hadapan ribuan penonton yang memadati Georgia World Congress Center, Leffen tidak hanya menang; ia mengalahkan rival terberatnya dua kali di babak final, mengukuhkan dirinya sebagai raja pertama yang tak terbantahkan di era baru 2XKO.
Konteks: Pertarungan Dua Titan di Medan Baru
Untuk memahami betapa masifnya kemenangan ini, kita harus melihat siapa yang bertarung. Di satu sudut, kita memiliki Leffen, pemain asal Swedia yang dikenal karena mentalitas kompetitifnya yang tanpa kompromi. Ia adalah figur historis di Melee, terkenal karena menjadi pemain pertama yang mampu mengalahkan “Lima Dewa” Melee. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fokusnya terbagi antara berbagai game, dan banyak yang bertanya-tanda apakah ia akan menemukan gairah yang sama di judul baru.
Di sudut lain, SonicFox. Ikon FGC asal Amerika Serikat ini adalah sebuah anomali; seorang prodigy yang telah menaklukkan hampir setiap game fighting yang mereka sentuh. Dari Mortal Kombat hingga Dragon Ball FighterZ, SonicFox adalah definisi dari “juara bertahan” dan adaptasi yang instan. Memasuki 2XKO, banyak yang menempatkan SonicFox sebagai standar emas—pemain yang harus dikalahkan.
DreamHack Atlanta 2025 adalah panggung pembuktian pertama dengan prize pool $2.000 untuk juara pertama. Pertanyaannya bukanlah “apakah SonicFox akan menang?“, melainkan “siapa yang bisa menghentikan SonicFox?“
Jawabannya, ternyata, adalah Leffen.

Ulasan Perjalanan: Dominasi Mulus di Upper Bracket
Judul artikel ini “Leffen Bangkit” mungkin sedikit disalahartikan jika orang mengira ia bangkit dari Lower Bracket. Kenyataannya justru lebih impresif. Kebangkitan (rise) ini adalah kebangkitan kariernya di game baru, yang ia buktikan dengan perjalanan flawless (tanpa cela) melalui Upper Bracket (Bagan Atas).
Perjalanan Leffen menuju Grand Final adalah sebuah demonstrasi penguasaan permainan yang metodis:
- Winners Quarterfinals: Leffen membuka jalannya dengan kemenangan meyakinkan melawan NitroNY.
- Winners Semifinals: Ia kemudian berhadapan dengan Hikari, salah satu pemain kuat lainnya, dan berhasil mengamankannya untuk maju.
- Winners Finals: Di sinilah pertemuan pertama dengan sang rival terjadi. Leffen berhadapan dengan SonicFox dalam pertarungan yang disebut-sebut sebagai “final yang terlalu dini”. Dalam pertarungan strategi yang ketat, Leffen berhasil unggul dan mengirim SonicFox—untuk pertama kalinya—turun ke Lower Bracket.
Kemenangan di Winners Finals ini sangat krusial. Leffen tidak hanya mengamankan tempat di Grand Final, tetapi ia juga mendapatkan keuntungan psikologis yang besar. Ia telah membuktikan bahwa SonicFox bisa dikalahkan.
Sementara itu, SonicFox, seperti yang sudah diduga, mengamuk di Lower Bracket. Mereka bangkit dan memenangkan Losers Final untuk mendapatkan hak tanding ulang melawan Leffen di Grand Final. Panggung pun telah disiapkan untuk pertarungan akhir.
Ulasan Grand Final: Duel Adaptasi Skor 3-2 yang Menegangkan
Grand Final 2XKO di DreamHack Atlanta 2025 adalah pertarungan dua otak fighting game terbaik di planet ini. Berbeda dengan Winners Final, kali ini adalah seri Best-of-5. Leffen, yang datang dari Winners Bracket, hanya perlu memenangkan satu seri. SonicFox, dari Losers Bracket, harus mengalahkan Leffen dua kali (melakukan bracket reset).
Pertarungan yang terjadi adalah sebuah masterclass dalam adaptasi.
Game 1 & 2: Momentum Awal dan Balasan Cepat Leffen memulai seri dengan kuat, membawa momentum dari kemenangan mereka sebelumnya di Winners Final. Ia tampak telah mempelajari pola permainan SonicFox, melakukan punish yang efektif dan mengontrol tempo permainan. Namun, SonicFox tidak mendapatkan reputasinya tanpa alasan. Mereka dikenal mampu mengunduh data lawan di tengah pertandingan. SonicFox dengan cepat membalas, menyesuaikan strategi mereka, dan menyamakan kedudukan.
Game 3 & 4: Pertukaran Pukulan dan Mental Baja Skor yang mencapai 3-2 menunjukkan betapa tipisnya margin kemenangan. Setiap game adalah pertarungan yang saling bertukar keunggulan. Kita melihat kedua pemain menggali jauh ke dalam toolkit karakter mereka, menggunakan assist dengan cerdik, dan memainkan neutral game di level tertinggi. Ketika SonicFox berhasil unggul, Leffen tidak goyah. Ketika Leffen menekan, SonicFox menemukan celah untuk keluar.
Ini bukan pertarungan yang didominasi oleh satu pemain. Ini adalah duel adaptasi. SonicFox, yang baru saja memenangkan Losers Final, berada dalam kondisi “panas”. Mereka bermain dengan agresi yang terkalibrasi. Namun, Leffen, yang telah menunggu, harus melawan momentum tersebut dengan eksekusi yang dingin dan disiplin.
Game 5: Penentuan Sang Juara Pada game penentuan, semua kembali ke fundamental. Siapa yang membuat lebih sedikit kesalahan? Siapa yang membaca lawannya dengan lebih baik? Dalam momen-momen krusial di game kelima, Leffen-lah yang keluar sebagai pemenang. Ia berhasil mengunci kemenangan tipis 3-2, mengakhiri perlawanan sengit SonicFox.
“Kejutan” yang sesungguhnya bukanlah fakta bahwa Leffen menang, tetapi bagaimana ia menang. Ia tidak hanya mengalahkan SonicFox sekali, tetapi dua kali berturut-turut dalam satu turnamen—sebuah prestasi yang sangat jarang terjadi di game FGC manapun.
“Rasa Lapar Itu Kembali”: Apa Arti Kemenangan Ini?
Segera setelah kemenangannya, Leffen melalui akun media sosialnya menyatakan bahwa ia merasakan “rasa lapar” (this hunger) untuk berkompetisi yang sudah lama tidak ia rasakan sejak masa jayanya di Melee.
Pernyataan ini adalah inti dari segalanya. Kemenangan di DreamHack Atlanta bukan hanya tentang hadiah $2.000. Ini adalah tentang Leffen yang menemukan kembali identitas kompetitifnya. Ia telah membuktikan kepada dirinya sendiri dan dunia bahwa ia masih memiliki apa yang diperlukan untuk bersaing di level tertinggi, bahkan di medan pertempuran yang sama sekali baru.
Bagi ekosistem 2XKO, ini adalah skenario terbaik. Game ini tidak hanya diluncurkan dengan turnamen besar, tetapi juga langsung melahirkan rivalitas terbesar: Leffen vs. SonicFox. Ini adalah narasi yang akan mendorong kancah kompetitif 2XKO untuk tahun-tahun mendatang.
Leffen kini memegang sabuk juara pertama, tetapi ia juga melukis target besar di punggungnya. SonicFox dan seluruh FGC kini akan belajar, beradaptasi, dan kembali untuk merebut takhta itu. DreamHack Atlanta 2025 akan dikenang sebagai tempat di mana seorang dewa tua bangkit kembali, dan sebuah era baru esports FGC telah resmi dimulai.
