
Jagat esports Dota 2 digemparkan dengan keputusan mendadak dari Valve yang secara resmi mengumumkan Yakutou Brothers sebagai pengganti Gaimin Gladiators di The International 2025. Perubahan dramatis di menit-menit akhir ini terjadi menyusul pengunduran diri Gaimin Gladiators yang mengejutkan, memicu perdebatan sengit di kalangan komunitas dan analis tentang kelayakan dan implikasi dari penunjukan tim asal Tiongkok tersebut.
Pengumuman yang dirilis melalui kanal media sosial resmi Dota 2 pada hari Kamis, 28 Agustus 2025, mengakhiri spekulasi yang telah beredar selama beberapa hari. Yakutou Brothers, tim yang sebelumnya dikenal sebagai Yakult Brothers, kini mendapatkan tiket emas untuk berlaga di panggung termegah Dota 2, yang akan diselenggarakan di Hamburg, Jerman.
Retaknya Sang Gladiator: Konflik Internal dan Masalah Hukum
Keputusan Valve ini merupakan buntut dari konflik internal berkepanjangan yang melanda Gaimin Gladiators, salah satu tim yang sebelumnya menerima undangan langsung ke The International 2025. Menurut pernyataan resmi dari Valve, organisasi Gaimin Gladiators memberitahukan bahwa mereka menarik timnya dari turnamen. Setelah berkomunikasi langsung dengan para pemain, terungkap bahwa tidak tercapai kesepakatan antara pemain dan organisasi yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi.
Detail mengenai perselisihan ini masih simpang siur, namun berbagai laporan mengindikasikan adanya ketidaksepakatan kontrak yang serius antara para pemain dan manajemen. Nick Cuccovillo, salah satu pendiri dan Presiden Gaimin Gladiators, mengonfirmasi adanya “masalah internal” dan menyatakan bahwa pertimbangan hukum menghalanginya untuk memberikan rincian lebih lanjut. Langkah mundur yang tiba-tiba dari tim yang telah menunjukkan performa dominan sepanjang musim ini, termasuk menjadi runner-up di The International sebelumnya, tentu menjadi pukulan telak bagi para penggemar dan skena kompetitif secara keseluruhan.
Kuda Hitam dari Tiongkok: Siapakah Yakutou Brothers?
Di tengah drama yang menyelimuti Gaimin Gladiators, sorotan kini beralih ke Yakutou Brothers. Tim ini bukanlah nama baru di sirkuit kompetitif Tiongkok dan telah menunjukkan performa yang solid sepanjang musim 2025. Mereka berhasil finis di posisi kedua pada kualifikasi regional Tiongkok, hanya selangkah lagi dari mengamankan tempat di The International.
Meskipun gagal lolos secara langsung, konsistensi mereka di berbagai turnamen, termasuk penampilan impresif di DreamLeague Season 26 dan BLAST Slam II, menunjukkan bahwa mereka adalah lawan yang patut diperhitungkan. Skuad ini diperkuat oleh para pemain veteran yang telah merasakan atmosfer The International sebelumnya, yaitu:
- Zhiyi “flyfly” Jin (Carry)
- Yi “Emo” Zhou (Midlaner)
- Xiang “Beyond” Zhenghong (Offlaner)
- Ye “BoBoKa” Zhibiao (Support)
- Chan “Oli-” Chon Kien (Support)
Kehadiran pemain-pemain berpengalaman seperti ‘flyfly’, ‘Emo’, dan ‘Oli-‘, yang pernah meraih posisi empat besar di The International 2021 bersama Invictus Gaming, serta ‘BoBoKa’ yang juga mencicipi empat besar bersama Team Aster, memberikan fondasi yang kuat bagi Yakutou Brothers untuk bersaing di level tertinggi.
Perdebatan Komunitas: Antara Keadilan Regional dan Performa
Keputusan Valve untuk memilih Yakutou Brothers tidak lepas dari kontroversi. Sebagian besar komunitas, terutama dari belahan dunia Barat, menyuarakan pendapat bahwa slot yang ditinggalkan oleh Gaimin Gladiators—tim dari Eropa Barat—seharusnya diberikan kepada tim lain dari regional yang sama. Nama OG, yang menempati posisi ketiga di kualifikasi Eropa Barat, menjadi kandidat yang paling banyak diperbincangkan. Argumen ini didasarkan pada pentingnya menjaga representasi regional yang seimbang di The International.
Namun, tidak sedikit pula yang mendukung keputusan Valve. Mereka berargumen bahwa Gaimin Gladiators mendapatkan status undangan langsung (direct invite) berdasarkan performa mereka sepanjang musim, bukan melalui kualifikasi regional. Oleh karena itu, penggantinya pun selayaknya dipilih berdasarkan kriteria performa, bukan asal regional.
Para analis esports menyoroti bahwa Yakutou Brothers memiliki rekam jejak yang lebih kuat di musim 2025 dibandingkan dengan OG. Salah satu analis bahkan menunjukkan bahwa berdasarkan sistem peringkat Glicko, Yakutou Brothers merupakan salah satu tim dengan rating tertinggi di antara tim-tim yang tidak lolos kualifikasi. Hal ini memberikan legitimasi statistik atas pilihan Valve, yang tampaknya lebih mengutamakan kekuatan kompetitif daripada pertimbangan geografis semata.
Implikasi dan Antisipasi Menjelang The International 2025
Masuknya Yakutou Brothers secara tak terduga ini dipastikan akan menambah dinamika dan ketidakpastian di The International 2025. Sebagai perwakilan ketiga dari Tiongkok, bersama dengan Xtreme Gaming dan Team Tidebound, mereka berpotensi menjadi “kuda hitam” yang mampu menjegal tim-tim favorit. Gaya bermain agresif yang menjadi ciri khas tim-tim Tiongkok akan menjadi ujian berat bagi para pesaingnya.
Bagi Gaimin Gladiators dan para pemainnya, masa depan mereka kini berada dalam ketidakpastian. Drama ini menjadi pengingat pahit akan kompleksitas hubungan antara pemain profesional dan organisasi di dunia esports yang semakin berkembang.
The International 2025 akan segera dimulai, dan mata seluruh dunia kini akan tertuju pada Hamburg. Kisah Yakutou Brothers yang melenggang ke panggung utama melalui jalur yang tak terduga ini akan menjadi salah satu narasi paling menarik untuk diikuti. Apakah mereka akan mampu memanfaatkan kesempatan emas ini dan membuktikan bahwa mereka layak berada di antara para elite Dota 2 dunia? Jawabannya akan kita saksikan saat pertarungan memperebutkan Aegis of Champions dimulai.