
Pemandangan yang sama kembali terulang, namun antusiasmenya tak pernah berkurang. Penjualan tiket untuk pekan ketujuh babak Regular Season Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Indonesia kembali mencatatkan rekor “sold out” dalam hitungan menit. Fenomena ini, yang sudah menjadi kepastian di setiap musim, secara spesifik terjadi pada hari-hari yang menampilkan pertandingan dari tiga raksasa esports Indonesia: EVOS, RRQ, dan ONIC Esports.
Pekan ketujuh, yang dijadwalkan menjadi salah satu pekan paling krusial dalam perebutan tiket menuju babak playoff, menampilkan jadwal emas yang mempertemukan para titan ini. Atmosfer kompetitif yang sudah memanas sejak awal musim mencapai puncaknya saat para penggemar menyerbu platform penjualan tiket online, menciptakan gelombang digital yang membuat sistem kewalahan. Hasilnya bisa ditebak: layar bertuliskan “Tiket Habis Terjual” muncul lebih cepat dari yang diperkirakan, meninggalkan ribuan penggemar lainnya dalam kekecewaan karena tidak berhasil mengamankan kursi di MPL Arena.
Kejadian ini bukan lagi sebuah anomali, melainkan sebuah tradisi yang mengakar kuat dalam ekosistem MPL Indonesia. Setiap kali jadwal pertandingan mempertemukan salah satu dari “Tiga Raja” ini—apalagi jika mereka saling berhadapan—kelangkaan tiket menjadi jaminan. Namun, apa yang sebenarnya mendorong fanatisme luar biasa ini? Mengapa tiket untuk pertandingan yang melibatkan EVOS, RRQ, dan ONIC selalu ludes, sementara pertandingan tim lain, meskipun seru, tidak selalu mendapatkan animo serupa? Jawabannya terletak pada jalinan kompleks antara sejarah, prestasi, rivalitas abadi, dan kekuatan bintang yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun.
Akar Fanatisme: Sejarah Panjang dan Prestasi Gemilang
Untuk memahami fenomena ini, kita harus melihat kembali ke fondasi MPL Indonesia. EVOS dan RRQ adalah dua pilar utama yang telah membangun liga ini sejak musim pertamanya. Keduanya bukan sekadar tim, melainkan representasi dari sebuah warisan.
RRQ (Rex Regum Qeon), dengan julukan “Sang Raja dari Segala Raja,” telah membangun dinasti yang tak tertandingi. Mereka adalah simbol konsistensi dan keunggulan. Dengan koleksi gelar MPL Indonesia terbanyak, RRQ telah menanamkan citra sebagai tim yang selalu menjadi penantang gelar di setiap musim. Basis penggemar mereka, yang dikenal sebagai RRQ Kingdom, adalah salah satu yang terbesar dan paling loyal di dunia. Bagi mereka, menonton RRQ bukan hanya soal mendukung tim, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah panjang kemenangan dan kejayaan.
Di sisi lain, EVOS Esports adalah rival abadi yang selalu memberikan perlawanan sepadan. Puncak kejayaan mereka saat menjuarai M1 World Championship 2019 telah mengukuhkan status mereka sebagai legenda global. EVOS Fams, komunitas pendukung mereka, terkenal dengan militansi dan semangat yang membara. Pertemuan antara EVOS dan RRQ, yang dijuluki “El Clásico” versi esports, adalah lebih dari sekadar pertandingan. Ini adalah pertaruhan gengsi, adu sejarah, dan perayaan rivalitas paling ikonik di kancah esports Indonesia. Pertandingan ini sendiri sudah cukup untuk membuat tiket ludes terjual.
Kemudian, muncul ONIC Esports sebagai kekuatan ketiga. Meskipun lebih muda dari dua rivalnya, dominasi mereka dalam beberapa musim terakhir, termasuk gelar internasional seperti MSC (MLBB Southeast Asia Cup), telah mengangkat status mereka setara dengan EVOS dan RRQ. ONIC, dengan julukan “Raja Langit,” membawa era baru persaingan. Lahirnya “Royal Derby” antara RRQ dan ONIC menambah bumbu persaingan di papan atas. ONIC membuktikan bahwa mereka bukan hanya penantang, tetapi dinasti baru yang siap mengukir sejarahnya sendiri.
Lebih dari Sekadar Game: Kekuatan Bintang dan Narasi Drama
Faktor kedua yang menjadi magnet utama adalah kekuatan para pemain bintang (star power). EVOS, RRQ, dan ONIC adalah rumah bagi para pemain paling ikonik dan berbakat di Indonesia. Nama-nama seperti Lemon, Vyn, Alberttt dari kubu RRQ, atau Ferxiic, Branz dari EVOS, serta Sanz dan Kairi dari ONIC, adalah selebritas di dunianya. Mereka memiliki jutaan pengikut di media sosial dan menjadi panutan bagi banyak pemain muda.
Penggemar tidak hanya datang untuk melihat timnya menang, tetapi juga untuk menyaksikan aksi-aksi memukau dari idola mereka secara langsung. Momen-momen individu yang brilian, mekanik tingkat tinggi, dan keputusan-keputusan jenius di Land of Dawn adalah tontonan yang ingin disaksikan dari dekat. Kehadiran para bintang ini memberikan nilai hiburan yang tak ternilai, mengubah pertandingan dari sekadar kompetisi menjadi sebuah pertunjukan.
Selain itu, MPL Indonesia, yang didukung oleh Moonton sebagai penyelenggara, sangat pandai dalam membangun narasi dan drama. Setiap pertandingan, terutama yang melibatkan ketiga tim ini, dibingkai dengan cerita yang menarik: misi balas dendam, perebutan puncak klasemen, pembuktian pemain baru, hingga pertaruhan nasib menuju playoff. Narasi inilah yang membuat setiap pertandingan terasa penting dan mendesak untuk ditonton secara langsung, menciptakan sensasi “fear of missing out” (FOMO) di kalangan penggemar.
Dampak dan Tantangan dari Fenomena “Sold Out”
Dari sudut pandang bisnis, fenomena tiket yang selalu ludes ini adalah indikator kesehatan dan kesuksesan luar biasa bagi MPL Indonesia. Ini menunjukkan bahwa liga memiliki basis penggemar yang kuat, loyal, dan rela mengeluarkan uang untuk merasakan pengalaman menonton langsung. Hal ini pada gilirannya menarik lebih banyak sponsor, meningkatkan nilai komersial liga, dan mengukuhkan posisi esports sebagai industri hiburan arus utama di Indonesia.
Namun, di sisi lain, fenomena ini juga menciptakan tantangan. Banyak penggemar sejati yang harus bersaing dengan calo tiket yang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali dengan harga berkali-kali lipat. Kekecewaan karena tidak mendapatkan tiket menjadi keluhan yang sering terdengar di setiap pekannya.
Hal ini menempatkan tekanan pada penyelenggara untuk terus berinovasi, baik dalam sistem penjualan tiket yang lebih adil maupun dalam mempertimbangkan kapasitas venue yang lebih besar di masa depan. Mungkin sudah saatnya MPL Indonesia mempertimbangkan untuk menggelar pertandingan-pertandingan besar ini di arena yang setara dengan konser musik atau pertandingan olahraga konvensional.
Pada akhirnya, tiket pekan ketujuh yang ludes terjual adalah konfirmasi terbaru dari status quo di MPL Indonesia. Dominasi EVOS, RRQ, dan ONIC tidak hanya terjadi di dalam game, tetapi juga dalam kemampuan mereka untuk menarik massa. Selama ketiga raja ini masih bertakhta, antusiasme, drama, dan layar “sold out” akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari panggung esports termegah di Indonesia.